immortalibsick episode III

by **ali_sakit** Fri Nov 28, 2008 12:21 pm

aku kadang membayangkan hidupku seperti sebuah kisah yg bahagia,dengan senyum lembut ketika kematian menjemputku

entah kenapa angin malam ini membuatku gerah dan tak bisa tidur.ku buka mig33 malah jenuh dan jengkel karena loadingnya begitu lama.dan disana,mereka hanya tertawa tersenyum melihatku yg super penat ini.kenapa?kenapa kalian sahabat mayaku?ayolah..bantu temanmu ini.aku ingin hidup normal seperti layaknya kalian yg punya bnyk waktu,punya bnyk teman,dan satu hal yg pasti bisa utuh berkumpul dgn keluarga.aku??aku disini sendiri.kala suhu tubuhku demam tinggi,hanya bercak2 bocoran air hujan pada langit2 kamar yg setia menatapku.
dulu..
dulu ketika aku masih bisa berkumpul dgn keluarga,kesadaranku sering menghilang,banyak yg sudah terbang bersama lintingan2 ganja,berbotol botol alkohol,dan ribuan extasy.tapi kini ketika aku bisa sedikit membuat orang tuaku tersenyum,justru haruz jauh dari mereka.terpisah sebatang kara.Kamar yg begitu pengap dgn bau asap rokok ini,kini menjadi tempatku.sunyi memang.angin yg membawa pagi pun tak sejuk lagi menggetarkan senyumku untuk kesekian kalinya ketika aku menatap gambar pada background komputerku.foto gadis itu.
ya,dia...
masih tentang dia,dan mungkin slalu tentang dia.
-------------------------
bidadariku,ingin rasanya aku bercerita denganmu.cerita tentang apa yg aku alami.atau sekedar bertanya tentang hari2mu.tapi masihkan ada kesempatan untuk bicara denganmu?
Jika ada,sekali saja.ijinkan aku sekali saja menjabat tanganmu.aku hanya ingin mengatakan aku sayang padamu.dan akupun ingin kau membisikkan kata sayang di dekat telingaku.agar aku bisa menyimpan selamanya didalam hati kecilku.hingga aku bisa terbang tinggi dan melihatmu bahagia dari sana.setelah itu,jika kau menginginkan aku pergi darimu,aku akan pergi jauh dari hidupmu.aku mohon datanglah padaku,sekali saja.sebelum maut menjemput dan mengantarku kelangit tinggi.
-------------
ah,anganku melayang.entah ini hari keberapa aku menunggunya.aku belum pikun untuk menghitung masa.tapi aku memang tak ingin menghitungnya,aku hanya khawatir hitunganku akan terhenti pada bilangan tertentu.dan aku tk ingin itu.aku hanya berharap jika dia benar2 datang padaku,masih ada terbit pagi bagi mataku.